Napoleon Bonaparte
tahun 1808 Napoleon perbuat
ketololan besar melibatkan Perancis ke dalam peperangan yang panjang dan tak
menentu ujung pangkalnya di Semenanjung Iberia, tempat tentara Perancis
tertancap tak bergerak selama bertahun-tahun. Tetapi, kekeliruan terbesar
Napoleon adalah serangannya terhadap Rusia. Di tahun 1807 Napoleon bertemu muka
dengan Czar, dan dalam perjanjian Tilsit mereka bersepakat menggalang persahabatan
abadi. Tetapi, persepakatan dan persekutuan itu lambat laun rusak, dan di tahun
1812 bulan Juni Napoleon memimpin tentara raksasa menginjak-injak bumi Rusia.
Hasil dari perbuatan ini sudah sama diketahui. Tentara Rusia umumnya menghindar
dari pertempuran langsung berhadapan dengan tentara Napoleon, karena itu
Napoleon dapat maju dengan cepatnya. Di bulan September Napoleon menduduki
Moskow. Tetapi, orang Rusia membumihanguskan kota itu dan sebagian besar rata
dengan tanah. Sesudah menunggu lima minggu di Moskow (dengan harapan sia-sia
Rusia akan menawarkan perdamaian), Napoleon akhirnya memutuskan mundur, tetapi
keputusan ini sudah terlambat. Gabungan antara pukulan tentara Rusia dan musim
dingin yang kejam, tak memadainya suplai pasukan Perancis mengakibatkan gerakan
mundur itu menjadi gerakan mundur yang morat-marit. Kurang dari sepuluh persen
tentara raksasa Perancis bisa keluar dari bumi Rusia hidup-hidup.
Negara-negara Eropa lain, seperti Austria dan Prusia, sadar benar mereka punya
kesempatan baik menghajar Perancis. Mereka menggabungkan semua kekuatan
menghadapi Napoleon,dan pada saat pertempuran di Leipzig bulan Oktober 1813,
Napoleon kembali mendapat pukulan pahit hingga sempoyongan. Tahun berikutnya
dia berhenti dan dibuang ke Pulau Elba, sebuah pulau kecil di lepas pantai
Itali.
Di tahun 1815 dia melarikan diri dari Pulau Elba, kembali ke Perancis, disambut
baik dan kembali berkuasa. Kekuatan-kekuatan Eropa segera memaklumkan perang
dan seratus hari sehabis duduknya lagi ia di tahta kekuasaan, Napoleon
mengalami kekalahan yang mematikan di Waterloo.
Sesudah Waterloo, Napoleon dipenjara oleh orang Inggris di St. Helena, sebuah
pulau kecil di selatan Samudera Atlantik. Di sinilah dia menghembuskan nafasnya
yang terakhir tahun 1821 akibat serangan kanker.
Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan
taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia
bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Tetapi di bidang
strategi dasar dia merosot akibat bikin kekeliruan-kekeliruan besar, seperti
misalnya penyerbuan ke Mesir dan Rusia. Kesalahan strateginya begitu bego
sehingga Napoleon tak layak dijuluki pemimpin militer kelas wahid. Apakah
anggapan kedua ini tidak adil? Saya kira tidak. Sesungguhnya, ukuran kebesaran
seorang jendral terletak pada kemampuannya mengelak dari berbuat
kesalahan-kesalahan yang menuntun kearah kehancuran. Hal semacam itu tak
terjadi pada diri Alexander Yang Agung, Jengis Khan dan Tamerlane yang
tentaranya tak pernah terkalahkan. Berhubung Napoleon pada akhirnya dapat
dikalahkan di tahun 1815, Perancis memiliki daerah lebih kecil ketimbang yang
pernah dipunyainya di tahun 1879, saat pecahnya Revolusi.
Napoleon tentu saja seorang “egomaniac” dan sering dianggap semodel dengan
Hitler. Tetapi, ada perbedaan yang ruwet diantara keduanya. Jika Hitler
bertindak sebagian terbesarnya atas dorongan ideologi yang tersembunyi,
Napoleon semata-mata terdorong oleh ambisi yang oportunistis dan dia tak punya
selera melakukan penjagalan besar dan gila-gilaan. Dalam masa pemerintahan
Napoleon, tidak terdapat semacam kamp konsentrasi seperti yang dipunyai Hitler.
Teramat masyhurnya nama Napoleon amat mudah menjebak orang menganggap dia itu
berpengaruh besar secara berlebih-lebihan. Masa pengaruh jangka pendeknya
memang besar, mungkin lebih besar dari Alexander Yang Agung walaupun tidak
sebesar Hitler. (Menurut taksiran, sekitar 500.000 tentara Perancis mati dalam
perang Napoleon, sedang sekitar 800.000 orang Jerman tewas selama Perang Dunia
ke-2). Dengan ukuran apa pun, perbuatan pengrusakan Napoleon lebih sedikit
ketimbang apa yang diperbuat Hitler.
Dalam kaitan pengaruh jangka panjang, tampaknya Napoleon lebih penting
ketimbang Hitler, meski lebih kurang penting dibanding Alexander Yang Agung.
Napoleon melakukan perubahan luas dalam tata administrasi Perancis, tetapi
penduduk Perancis cuma satu per tujuh puluh penduduk dunia. Dalam tiap
kejadian, perubahan administratif macam itu harus ditinjau dari sudut
perspektif yang sewajarnya. Pengaruhnya terhadap orang Perancis jauh lebih
sedikit ketimbang perubahan-perubahan sejumlah kemajuan teknologi dalam masa
dua abad belakangan ini.
Banyak orang bilang, masa Napoleon menyediakan peluang bagi perubahan-perubahan
bagi terkonsolidasinya dan semakin mapannya kaum borjuais Perancis. Di tahun
1815, tatkala monarki Perancis akhirnya tersusun kembali, perubahan-perubahan
ini ditopang dan dilindungi begitu baiknya sehingga kemungkinan bisa kembalinya
pola-pola sosial orde lama suatu hal yang sepenuhnya mustahil. Tetapi,
perubahan terpenting sebetulnya terjadi dan tersusun sebelum Napoleon. Pada
tahun 1799 ketika Napoleon memegang kendali pemerintahan mungkin setiap jalan
ke arah kembalinya ke masa status quo sudah terlambat. Tetapi, lepas dari
ambisi Napoleon sendiri yang keraja-rajaan, dia memang pegang peranan penting
menyebarnya ide revolusi ke seluruh Eropa.
Napoleon juga membawa akibat timbulnya pengaruh-pengaruh luas dan besar dalam
revolusi Amerika Latin. Penyerbuannya ke Spanyol melemahkan pemerintahan
Spanyol sehingga cengkraman kolonialnya di daerah-daerah jajahannya juga dengan
sendirinya melonggar dan tidak efektif. Dalam situasi de facto otonomi inilah
gerakan-gerakan kemerdekaan Amerika Latin mulai meletus. Napoleon di pertempuran
Waterloo.
Dari semua langkah perbuatan Napoleon, yang paling penting dan paling punya
pengaruh berjangka panjang justru yang berada di luar rencananya dan tidak ada
sangkut pautnya dengan rencana Napoleon sendiri.
Di tahun 1803, Napoleon menjual daerah luas kepada Amerika Serikat. Dia tahu,
milik Perancis di Amerika Utara sulit dilindungi menghadapi serangan-serangan
Inggris. Selain itu, dia juga perlu duit, penjualan tanah Louisiana itu mungkin
merupakan jual-beli tanah secara damai yang terbesar dalam sejarah sekaligus
mengubah Amerika Serikat menjadi suatu negara yang berukuran benua. Sukar
dibayangkan apa bentuknya Amerika Serikat tanpa Louisiana ini. Pasti akan
merupakan negeri yang samasekali berbeda dengan apa yang kita kenal sekarang.
Dan pula layak diragukan Amerika Serikat bisa menjadi negeri kuat tanpa
jual-beli Louisiana ini.
Napoleon, tentu saja, bukanlah satu-satunya orang yang berperanan dan
bertanggung jawab atas penjualan ini. Pemerintah Amerika jelas pegang peranan
pula. Tetapi, penawaran Perancis menjual Louisiana diputuskan dalam perundingan
oleh satu orang. Dan orang itu Napoleon Bonaparte.tahun 1808 Napoleon perbuat
ketololan besar melibatkan Perancis ke dalam peperangan yang panjang dan tak
menentu ujung pangkalnya di Semenanjung Iberia, tempat tentara Perancis
tertancap tak bergerak selama bertahun-tahun. Tetapi, kekeliruan terbesar
Napoleon adalah serangannya terhadap Rusia. Di tahun 1807 Napoleon bertemu muka
dengan Czar, dan dalam perjanjian Tilsit mereka bersepakat menggalang persahabatan
abadi. Tetapi, persepakatan dan persekutuan itu lambat laun rusak, dan di tahun
1812 bulan Juni Napoleon memimpin tentara raksasa menginjak-injak bumi Rusia.
Hasil dari perbuatan ini sudah sama diketahui. Tentara Rusia umumnya menghindar
dari pertempuran langsung berhadapan dengan tentara Napoleon, karena itu
Napoleon dapat maju dengan cepatnya. Di bulan September Napoleon menduduki
Moskow. Tetapi, orang Rusia membumihanguskan kota itu dan sebagian besar rata
dengan tanah. Sesudah menunggu lima minggu di Moskow (dengan harapan sia-sia
Rusia akan menawarkan perdamaian), Napoleon akhirnya memutuskan mundur, tetapi
keputusan ini sudah terlambat. Gabungan antara pukulan tentara Rusia dan musim
dingin yang kejam, tak memadainya suplai pasukan Perancis mengakibatkan gerakan
mundur itu menjadi gerakan mundur yang morat-marit. Kurang dari sepuluh persen
tentara raksasa Perancis bisa keluar dari bumi Rusia hidup-hidup.
Negara-negara Eropa lain, seperti Austria dan Prusia, sadar benar mereka punya
kesempatan baik menghajar Perancis. Mereka menggabungkan semua kekuatan
menghadapi Napoleon,dan pada saat pertempuran di Leipzig bulan Oktober 1813,
Napoleon kembali mendapat pukulan pahit hingga sempoyongan. Tahun berikutnya
dia berhenti dan dibuang ke Pulau Elba, sebuah pulau kecil di lepas pantai
Itali.
Di tahun 1815 dia melarikan diri dari Pulau Elba, kembali ke Perancis, disambut
baik dan kembali berkuasa. Kekuatan-kekuatan Eropa segera memaklumkan perang
dan seratus hari sehabis duduknya lagi ia di tahta kekuasaan, Napoleon
mengalami kekalahan yang mematikan di Waterloo.
Sesudah Waterloo, Napoleon dipenjara oleh orang Inggris di St. Helena, sebuah
pulau kecil di selatan Samudera Atlantik. Di sinilah dia menghembuskan nafasnya
yang terakhir tahun 1821 akibat serangan kanker.
Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan
taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia
bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Tetapi di bidang
strategi dasar dia merosot akibat bikin kekeliruan-kekeliruan besar, seperti
misalnya penyerbuan ke Mesir dan Rusia. Kesalahan strateginya begitu bego
sehingga Napoleon tak layak dijuluki pemimpin militer kelas wahid. Apakah
anggapan kedua ini tidak adil? Saya kira tidak. Sesungguhnya, ukuran kebesaran
seorang jendral terletak pada kemampuannya mengelak dari berbuat
kesalahan-kesalahan yang menuntun kearah kehancuran. Hal semacam itu tak
terjadi pada diri Alexander Yang Agung, Jengis Khan dan Tamerlane yang tentaranya
tak pernah terkalahkan. Berhubung Napoleon pada akhirnya dapat dikalahkan di
tahun 1815, Perancis memiliki daerah lebih kecil ketimbang yang pernah
dipunyainya di tahun 1879, saat pecahnya Revolusi.
Napoleon tentu saja seorang “egomaniac” dan sering dianggap semodel dengan
Hitler. Tetapi, ada perbedaan yang ruwet diantara keduanya. Jika Hitler
bertindak sebagian terbesarnya atas dorongan ideologi yang tersembunyi,
Napoleon semata-mata terdorong oleh ambisi yang oportunistis dan dia tak punya
selera melakukan penjagalan besar dan gila-gilaan. Dalam masa pemerintahan
Napoleon, tidak terdapat semacam kamp konsentrasi seperti yang dipunyai Hitler.
Teramat masyhurnya nama Napoleon amat mudah menjebak orang menganggap dia itu
berpengaruh besar secara berlebih-lebihan. Masa pengaruh jangka pendeknya
memang besar, mungkin lebih besar dari Alexander Yang Agung walaupun tidak
sebesar Hitler. (Menurut taksiran, sekitar 500.000 tentara Perancis mati dalam
perang Napoleon, sedang sekitar 800.000 orang Jerman tewas selama Perang Dunia
ke-2). Dengan ukuran apa pun, perbuatan pengrusakan Napoleon lebih sedikit
ketimbang apa yang diperbuat Hitler.
Dalam kaitan pengaruh jangka panjang, tampaknya Napoleon lebih penting
ketimbang Hitler, meski lebih kurang penting dibanding Alexander Yang Agung.
Napoleon melakukan perubahan luas dalam tata administrasi Perancis, tetapi
penduduk Perancis cuma satu per tujuh puluh penduduk dunia. Dalam tiap
kejadian, perubahan administratif macam itu harus ditinjau dari sudut
perspektif yang sewajarnya. Pengaruhnya terhadap orang Perancis jauh lebih
sedikit ketimbang perubahan-perubahan sejumlah kemajuan teknologi dalam masa
dua abad belakangan ini.
Banyak orang bilang, masa Napoleon menyediakan peluang bagi perubahan-perubahan
bagi terkonsolidasinya dan semakin mapannya kaum borjuais Perancis. Di tahun
1815, tatkala monarki Perancis akhirnya tersusun kembali, perubahan-perubahan
ini ditopang dan dilindungi begitu baiknya sehingga kemungkinan bisa kembalinya
pola-pola sosial orde lama suatu hal yang sepenuhnya mustahil. Tetapi,
perubahan terpenting sebetulnya terjadi dan tersusun sebelum Napoleon. Pada
tahun 1799 ketika Napoleon memegang kendali pemerintahan mungkin setiap jalan
ke arah kembalinya ke masa status quo sudah terlambat. Tetapi, lepas dari
ambisi Napoleon sendiri yang keraja-rajaan, dia memang pegang peranan penting
menyebarnya ide revolusi ke seluruh Eropa.
Napoleon juga membawa akibat timbulnya pengaruh-pengaruh luas dan besar dalam
revolusi Amerika Latin. Penyerbuannya ke Spanyol melemahkan pemerintahan
Spanyol sehingga cengkraman kolonialnya di daerah-daerah jajahannya juga dengan
sendirinya melonggar dan tidak efektif. Dalam situasi de facto otonomi inilah
gerakan-gerakan kemerdekaan Amerika Latin mulai meletus. Napoleon di pertempuran
Waterloo.
Dari semua langkah perbuatan Napoleon, yang paling penting dan paling punya
pengaruh berjangka panjang justru yang berada di luar rencananya dan tidak ada
sangkut pautnya dengan rencana Napoleon sendiri.
Di tahun 1803, Napoleon menjual daerah luas kepada Amerika Serikat. Dia tahu,
milik Perancis di Amerika Utara sulit dilindungi menghadapi serangan-serangan
Inggris. Selain itu, dia juga perlu duit, penjualan tanah Louisiana itu mungkin
merupakan jual-beli tanah secara damai yang terbesar dalam sejarah sekaligus
mengubah Amerika Serikat menjadi suatu negara yang berukuran benua. Sukar
dibayangkan apa bentuknya Amerika Serikat tanpa Louisiana ini. Pasti akan
merupakan negeri yang samasekali berbeda dengan apa yang kita kenal sekarang.
Dan pula layak diragukan Amerika Serikat bisa menjadi negeri kuat tanpa
jual-beli Louisiana ini.
Napoleon, tentu saja, bukanlah satu-satunya orang yang berperanan dan
bertanggung jawab atas penjualan ini. Pemerintah Amerika jelas pegang peranan
pula. Tetapi, penawaran Perancis menjual Louisiana diputuskan dalam perundingan
oleh satu orang. Dan orang itu Napoleon Bonaparte.
tahun 1808 Napoleon perbuat
ketololan besar melibatkan Perancis ke dalam peperangan yang panjang dan tak
menentu ujung pangkalnya di Semenanjung Iberia, tempat tentara Perancis
tertancap tak bergerak selama bertahun-tahun. Tetapi, kekeliruan terbesar
Napoleon adalah serangannya terhadap Rusia. Di tahun 1807 Napoleon bertemu muka
dengan Czar, dan dalam perjanjian Tilsit mereka bersepakat menggalang
persahabatan abadi. Tetapi, persepakatan dan persekutuan itu lambat laun rusak,
dan di tahun 1812 bulan Juni Napoleon memimpin tentara raksasa menginjak-injak
bumi Rusia.
Hasil dari perbuatan ini sudah sama diketahui. Tentara Rusia umumnya menghindar
dari pertempuran langsung berhadapan dengan tentara Napoleon, karena itu
Napoleon dapat maju dengan cepatnya. Di bulan September Napoleon menduduki
Moskow. Tetapi, orang Rusia membumihanguskan kota itu dan sebagian besar rata
dengan tanah. Sesudah menunggu lima minggu di Moskow (dengan harapan sia-sia
Rusia akan menawarkan perdamaian), Napoleon akhirnya memutuskan mundur, tetapi
keputusan ini sudah terlambat. Gabungan antara pukulan tentara Rusia dan musim
dingin yang kejam, tak memadainya suplai pasukan Perancis mengakibatkan gerakan
mundur itu menjadi gerakan mundur yang morat-marit. Kurang dari sepuluh persen
tentara raksasa Perancis bisa keluar dari bumi Rusia hidup-hidup.
Negara-negara Eropa lain, seperti Austria dan Prusia, sadar benar mereka punya kesempatan
baik menghajar Perancis. Mereka menggabungkan semua kekuatan menghadapi
Napoleon,dan pada saat pertempuran di Leipzig bulan Oktober 1813, Napoleon
kembali mendapat pukulan pahit hingga sempoyongan. Tahun berikutnya dia
berhenti dan dibuang ke Pulau Elba, sebuah pulau kecil di lepas pantai Itali.
Di tahun 1815 dia melarikan diri dari Pulau Elba, kembali ke Perancis, disambut
baik dan kembali berkuasa. Kekuatan-kekuatan Eropa segera memaklumkan perang
dan seratus hari sehabis duduknya lagi ia di tahta kekuasaan, Napoleon
mengalami kekalahan yang mematikan di Waterloo.
Sesudah Waterloo, Napoleon dipenjara oleh orang Inggris di St. Helena, sebuah
pulau kecil di selatan Samudera Atlantik. Di sinilah dia menghembuskan nafasnya
yang terakhir tahun 1821 akibat serangan kanker.
Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan
taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia
bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Tetapi di bidang strategi
dasar dia merosot akibat bikin kekeliruan-kekeliruan besar, seperti misalnya
penyerbuan ke Mesir dan Rusia. Kesalahan strateginya begitu bego sehingga
Napoleon tak layak dijuluki pemimpin militer kelas wahid. Apakah anggapan kedua
ini tidak adil? Saya kira tidak. Sesungguhnya, ukuran kebesaran seorang jendral
terletak pada kemampuannya mengelak dari berbuat kesalahan-kesalahan yang
menuntun kearah kehancuran. Hal semacam itu tak terjadi pada diri Alexander
Yang Agung, Jengis Khan dan Tamerlane yang tentaranya tak pernah terkalahkan.
Berhubung Napoleon pada akhirnya dapat dikalahkan di tahun 1815, Perancis
memiliki daerah lebih kecil ketimbang yang pernah dipunyainya di tahun 1879,
saat pecahnya Revolusi.
Napoleon tentu saja seorang “egomaniac” dan sering dianggap semodel dengan
Hitler. Tetapi, ada perbedaan yang ruwet diantara keduanya. Jika Hitler
bertindak sebagian terbesarnya atas dorongan ideologi yang tersembunyi,
Napoleon semata-mata terdorong oleh ambisi yang oportunistis dan dia tak punya
selera melakukan penjagalan besar dan gila-gilaan. Dalam masa pemerintahan
Napoleon, tidak terdapat semacam kamp konsentrasi seperti yang dipunyai Hitler.
Teramat masyhurnya nama Napoleon amat mudah menjebak orang menganggap dia itu
berpengaruh besar secara berlebih-lebihan. Masa pengaruh jangka pendeknya
memang besar, mungkin lebih besar dari Alexander Yang Agung walaupun tidak
sebesar Hitler. (Menurut taksiran, sekitar 500.000 tentara Perancis mati dalam
perang Napoleon, sedang sekitar 800.000 orang Jerman tewas selama Perang Dunia
ke-2). Dengan ukuran apa pun, perbuatan pengrusakan Napoleon lebih sedikit
ketimbang apa yang diperbuat Hitler.
Dalam kaitan pengaruh jangka panjang, tampaknya Napoleon lebih penting
ketimbang Hitler, meski lebih kurang penting dibanding Alexander Yang Agung.
Napoleon melakukan perubahan luas dalam tata administrasi Perancis, tetapi
penduduk Perancis cuma satu per tujuh puluh penduduk dunia. Dalam tiap
kejadian, perubahan administratif macam itu harus ditinjau dari sudut perspektif
yang sewajarnya. Pengaruhnya terhadap orang Perancis jauh lebih sedikit
ketimbang perubahan-perubahan sejumlah kemajuan teknologi dalam masa dua abad
belakangan ini.
Banyak orang bilang, masa Napoleon menyediakan peluang bagi perubahan-perubahan
bagi terkonsolidasinya dan semakin mapannya kaum borjuais Perancis. Di tahun
1815, tatkala monarki Perancis akhirnya tersusun kembali, perubahan-perubahan
ini ditopang dan dilindungi begitu baiknya sehingga kemungkinan bisa kembalinya
pola-pola sosial orde lama suatu hal yang sepenuhnya mustahil. Tetapi,
perubahan terpenting sebetulnya terjadi dan tersusun sebelum Napoleon. Pada
tahun 1799 ketika Napoleon memegang kendali pemerintahan mungkin setiap jalan
ke arah kembalinya ke masa status quo sudah terlambat. Tetapi, lepas dari
ambisi Napoleon sendiri yang keraja-rajaan, dia memang pegang peranan penting
menyebarnya ide revolusi ke seluruh Eropa.
Napoleon juga membawa akibat timbulnya pengaruh-pengaruh luas dan besar dalam
revolusi Amerika Latin. Penyerbuannya ke Spanyol melemahkan pemerintahan
Spanyol sehingga cengkraman kolonialnya di daerah-daerah jajahannya juga dengan
sendirinya melonggar dan tidak efektif. Dalam situasi de facto otonomi inilah
gerakan-gerakan kemerdekaan Amerika Latin mulai meletus. Napoleon di
pertempuran Waterloo.
Dari semua langkah perbuatan Napoleon, yang paling penting dan paling punya
pengaruh berjangka panjang justru yang berada di luar rencananya dan tidak ada
sangkut pautnya dengan rencana Napoleon sendiri.
Di tahun 1803, Napoleon menjual daerah luas kepada Amerika Serikat. Dia tahu,
milik Perancis di Amerika Utara sulit dilindungi menghadapi serangan-serangan
Inggris. Selain itu, dia juga perlu duit, penjualan tanah Louisiana itu mungkin
merupakan jual-beli tanah secara damai yang terbesar dalam sejarah sekaligus
mengubah Amerika Serikat menjadi suatu negara yang berukuran benua. Sukar
dibayangkan apa bentuknya Amerika Serikat tanpa Louisiana ini. Pasti akan
merupakan negeri yang samasekali berbeda dengan apa yang kita kenal sekarang. Dan
pula layak diragukan Amerika Serikat bisa menjadi negeri kuat tanpa jual-beli
Louisiana ini.
Napoleon, tentu saja, bukanlah satu-satunya orang yang berperanan dan
bertanggung jawab atas penjualan ini. Pemerintah Amerika jelas pegang peranan
pula. Tetapi, penawaran Perancis menjual Louisiana diputuskan dalam perundingan
oleh satu orang. Dan orang itu Napoleon Bonaparte.
Napoleon Bonaparte (1769 1821)
mungkin merupakan sosok yang selalu menimbulkan kontroversi bagi banyak orang.
Mereka yang hidup pada jaman itu ataupun setelahnya hampir selalu menghadapi
dilemma dalam menilainya: apakah ia seorang yang bengis dan bar-bar yang suka
membunuh orang ataukah seorang pemimpin yang selalu mendapat simpati dari
pengikutnya? Ia dikabarkan selalu memberi racun tentaranya yang terluka setiap
usainya peperangan. Apakah itu disebabkan ia tak peduli kepada mereka atau
justru karena ia tak tega melihat mereka menderita dan tak ingin melihat mereka
menderita? Konon ia juga selalu membawa bekal sedikit di setiap peperangan dari
yang semestinya diperlukan pasukannya. Apakah itu karena ia kejam dan tak punya
belas kasih atau justru karena ia seorang yang realistis? Ia mungkin saja
berpikir bahwa akan banyak tentara yang mati dalam peperangan sehingga jumlah
pasukan berkurang. Mungkin kita akan menemukan jawabannya jika mengetahui lebih
banyak tentang dirinya
Jendral dan Kaisar Perancis yang tenar, Napoleon I, keluar dari rahim ibunya di
Ajaccio, Corsica, tahun 1769. Nama aslinya Napoleon Bonaparte. Corsica masuk
wilayah kekuasaan Perancis cuma lima belas bulan sebelum Napoleon lahir, dan
pada saat-saat remajanya Napoleon seorang nasionalis Corsica yang menganggap
Perancis itu penindas. Tetapi, Napoleon dikirim masuk akademi militer di
Perancis dan tatkala dia tamat tahun 1785 pada umur lima belas tahun dia jadi
tentara Perancis berpangkat letnan.
Kesempatan pertama Napoleon menampakkan kebolehannya adalah di tahun 1793,
dalam pertempuran di Toulon (Perancis merebut kembali kota itu dari tangan
Inggris), tempat Napoleon bertugas di kesatuan artileri. Pada saat itu dia
sudah tidak lagi berpegang pada paham nasionalis Corsicanya, melainkan sudah
menganggap diri orang Perancis. Sukses-sukses yang diperolehnya di Toulon
mengangkat dirinya jadi brigjen dan pada tahun 1796 dia diberi beban tanggung
jawab jadi komando tentara Perancis di Itali. Di negeri itu, antara tahun
1796-1797, Napoleon berhasil pula merebut serentetan kemenangan yang membuatnya
seorang pahlawan tatkala kembali ke Perancis.
Di tahun 1798 ia memimpin penyerbuan Perancis ke Mesir. Langkah ini ternyata
merupakan malapetaka. Di darat, umumnya pasukan Napoleon berhasil, tetapi
Angkatan Laut Inggris di bawah pimpinan Lord Nelson dengan mantap
mengobrak-abrik armada Perancis, dan di tahun 1799 Napoleon meninggalkan pasukannya
di Mesir dan pulang ke Perancis.
Begitu sampai di Perancis, Napoleon yang jeli itu dapat berkesimpulan bahwa
rakyat Perancis lebih terkenang dengan kemenangan-kemenangannya di Itali
ketimbang kegagalan ekspedisi Perancis ke Mesir. Berpegang pada fakta ini,
hanya sebulan sesudah dia menginjak bumi Perancis, Napoleon ambil bagian dalam
perebutan kekuasaan bersama Albe Sieyes dan lain-lainnya. Kup ini melahirkan
sebuah pemerintah baru yang disebut “Consulate” dan Napoleon menjadi Konsul
pertama. Kendati konstitusi sudah disusun dengan cermat dan diterima lewat
persetujuan plebisit rakyat, ini cuma kedok belaka untuk menutupi kediktatoran
militer Napoleon yang dengan segera mampu menyikut dan melumpuhkan
lawan-lawannya.
Naiknya Napoleon ke tahta kekuasaan betul-betul menakjubkan. Tepatnya di bulan
Agustus 1793, sebelum pertempuran Toulon, Napoleon samasekali tidak dikenal
orang. Dia tak lebih dari seorang perwira rendah berumur dua puluh empat tahun
dan bukan sepenuhnya orang Perancis. Tetapi, kurang dari enam tahun kemudian
–masih dalam usia tiga puluh tahun– sudah menjelma jadi penguasa Perancis yang
tak bisa dibantah lagi, posisi yang digenggamnya selama lebih dari empat belas
tahun.
Di masa tahun-tahun kekuasaannya, Napoleon melakukan perombakan besar-besaran
dalam sistem administrasi pemerintahan serta hukum Perancis. Misalnya, dia
merombak struktur keuangan dan kehakiman, dia mendirikan Bank Perancis dan
Universitas Perancis, serta menyentralisir administrasi. Meskipun tiap
perubahan ini punya makna penting, dan dalam beberapa hal punya daya pengaruh
jangka lama khususnya untuk Perancis, tidaklah punya pengaruh yang berarti buat
negeri lain.
Tetapi salah satu perombakan yang dilakukan oleh Napoleon punya daya pengaruh
yang melampaui batas negeri Perancis sendiri. Yaitu, penyusunan apa yang
termasyhur dengan sebutan Code Napoleon. Dalam banyak hal, code ini
mencerminkan ide-ide Revolusi Perancis. Misalnya, di bawah code ini tidak ada
hak-hak istimewa berdasar kelahiran dan asal-usul, semua orang sama derajat di
mata hukum. Berbarengan dengan itu code tersebut cukup mendekati hukum-hukum
lama dan adat kebiasaan Perancis sehingga diterima oleh rakyat Perancis dan
sistem pengadilannya. Secara umum, code itu moderat, terorganisir rapi dan
ditulis dengan ringkas, jelas, serta dapat diterima, tambahan pula mudah
difahami. Akibatnya, code ini tidak hanya berlaku di Perancis (hukum perdata
Perancis yang berlaku sekarang hampir mirip dengan Code Napoleon itu) tetapi
juga diterima pula di negeri-negeri lain dengan perubahan-perubahan yang
disesuaikan dengan keperluan setempat.
Politik Napoleon senantiasa menumbuhkan keyakinan bahwa dialah seorang yang
membela Revolusi Perancis. Tetapi, di tahun 1804 dia sendiri pula yang
memperoklamirkan diri selaku Kaisar Perancis. Tambahan lagi, dia mengangkat
tiga saudaranya keatas tahta kerajaan di beberapa negara Eropa. Langkah ini
tidak bisa tidak menumbuhkan rasa tidak senang pada sebagian orang-orang
Republik Perancis yang menganggap tingkah itu sepenuhnya merupakan pengkhianatan
terhadap ide-ide dan tujuan Revolusi Perancis. Tetapi, kesulitan utama yang
dihadapi Napoleon adalah peperangan dengan negara-negara asing.
Di tahun 1802, di Amiens, Napoleon menandatangani perjanjian damai dengan
Inggris. Ini memberi angin lega kepada Perancis yang dalam tempo sepuluh tahun
terus-menerus berada dalam suasana perang. Tetapi, di tahun berikutnya
perjanjian damai itu putus dan peperangan lama dengan Inggris dan sekutunya pun
mulai lagi. Walaupun pasukan Napoleon berulang kali memenangkan pertempuran di
daratan, Inggris tidak bisa dikalahkan kalau saja armada lautnya tak
terlumpuhkan. Malangnya untuk Napoleon, dalam pertempuran yang musykil di
Trafalgar tahun 1805, armada laut Inggris merebut kemenangan besar. Karena itu,
pengawasan dan keampuhan Inggris di lautan tidaklah perlu diragukan lagi.
Meskipun kemenangan besar Napoleon (di Austerlitz melawan Austria dan Rusia)
terjadi enam minggu sesudah Trafalgar, hal ini sama sekali tidak bisa menghapus
kepahitan kekalahan di sektor armada laut.
tahun 1808 Napoleon perbuat ketololan besar
melibatkan Perancis ke dalam peperangan yang panjang dan tak menentu ujung
pangkalnya di Semenanjung Iberia, tempat tentara Perancis tertancap tak
bergerak selama bertahun-tahun. Tetapi, kekeliruan terbesar Napoleon adalah
serangannya terhadap Rusia. Di tahun 1807 Napoleon bertemu muka dengan Czar,
dan dalam perjanjian Tilsit mereka bersepakat menggalang persahabatan abadi.
Tetapi, persepakatan dan persekutuan itu lambat laun rusak, dan di tahun 1812
bulan Juni Napoleon memimpin tentara raksasa menginjak-injak bumi Rusia.
Hasil dari perbuatan ini sudah sama diketahui. Tentara Rusia umumnya menghindar
dari pertempuran langsung berhadapan dengan tentara Napoleon, karena itu
Napoleon dapat maju dengan cepatnya. Di bulan September Napoleon menduduki
Moskow. Tetapi, orang Rusia membumihanguskan kota itu dan sebagian besar rata
dengan tanah. Sesudah menunggu lima minggu di Moskow (dengan harapan sia-sia
Rusia akan menawarkan perdamaian), Napoleon akhirnya memutuskan mundur, tetapi
keputusan ini sudah terlambat. Gabungan antara pukulan tentara Rusia dan musim
dingin yang kejam, tak memadainya suplai pasukan Perancis mengakibatkan gerakan
mundur itu menjadi gerakan mundur yang morat-marit. Kurang dari sepuluh persen
tentara raksasa Perancis bisa keluar dari bumi Rusia hidup-hidup.
Negara-negara Eropa lain, seperti Austria dan Prusia, sadar benar mereka punya
kesempatan baik menghajar Perancis. Mereka menggabungkan semua kekuatan
menghadapi Napoleon,dan pada saat pertempuran di Leipzig bulan Oktober 1813,
Napoleon kembali mendapat pukulan pahit hingga sempoyongan. Tahun berikutnya
dia berhenti dan dibuang ke Pulau Elba, sebuah pulau kecil di lepas pantai
Itali.
Di tahun 1815 dia melarikan diri dari Pulau Elba, kembali ke Perancis, disambut
baik dan kembali berkuasa. Kekuatan-kekuatan Eropa segera memaklumkan perang
dan seratus hari sehabis duduknya lagi ia di tahta kekuasaan, Napoleon
mengalami kekalahan yang mematikan di Waterloo.
Sesudah Waterloo, Napoleon dipenjara oleh orang Inggris di St. Helena, sebuah
pulau kecil di selatan Samudera Atlantik. Di sinilah dia menghembuskan nafasnya
yang terakhir tahun 1821 akibat serangan kanker.
Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan
taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia
bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Tetapi di bidang
strategi dasar dia merosot akibat bikin kekeliruan-kekeliruan besar, seperti
misalnya penyerbuan ke Mesir dan Rusia. Kesalahan strateginya begitu bego
sehingga Napoleon tak layak dijuluki pemimpin militer kelas wahid. Apakah
anggapan kedua ini tidak adil? Saya kira tidak. Sesungguhnya, ukuran kebesaran
seorang jendral terletak pada kemampuannya mengelak dari berbuat kesalahan-kesalahan
yang menuntun kearah kehancuran. Hal semacam itu tak terjadi pada diri
Alexander Yang Agung, Jengis Khan dan Tamerlane yang tentaranya tak pernah
terkalahkan. Berhubung Napoleon pada akhirnya dapat dikalahkan di tahun 1815,
Perancis memiliki daerah lebih kecil ketimbang yang pernah dipunyainya di tahun
1879, saat pecahnya Revolusi.
Napoleon tentu saja seorang “egomaniac” dan sering dianggap semodel dengan
Hitler. Tetapi, ada perbedaan yang ruwet diantara keduanya. Jika Hitler
bertindak sebagian terbesarnya atas dorongan ideologi yang tersembunyi,
Napoleon semata-mata terdorong oleh ambisi yang oportunistis dan dia tak punya
selera melakukan penjagalan besar dan gila-gilaan. Dalam masa pemerintahan
Napoleon, tidak terdapat semacam kamp konsentrasi seperti yang dipunyai Hitler.
Teramat masyhurnya nama Napoleon amat mudah menjebak orang menganggap dia itu
berpengaruh besar secara berlebih-lebihan. Masa pengaruh jangka pendeknya
memang besar, mungkin lebih besar dari Alexander Yang Agung walaupun tidak
sebesar Hitler. (Menurut taksiran, sekitar 500.000 tentara Perancis mati dalam
perang Napoleon, sedang sekitar 800.000 orang Jerman tewas selama Perang Dunia
ke-2). Dengan ukuran apa pun, perbuatan pengrusakan Napoleon lebih sedikit
ketimbang apa yang diperbuat Hitler.
Dalam kaitan pengaruh jangka panjang, tampaknya Napoleon lebih penting
ketimbang Hitler, meski lebih kurang penting dibanding Alexander Yang Agung.
Napoleon melakukan perubahan luas dalam tata administrasi Perancis, tetapi
penduduk Perancis cuma satu per tujuh puluh penduduk dunia. Dalam tiap
kejadian, perubahan administratif macam itu harus ditinjau dari sudut
perspektif yang sewajarnya. Pengaruhnya terhadap orang Perancis jauh lebih
sedikit ketimbang perubahan-perubahan sejumlah kemajuan teknologi dalam masa
dua abad belakangan ini.
Banyak orang bilang, masa Napoleon menyediakan peluang bagi perubahan-perubahan
bagi terkonsolidasinya dan semakin mapannya kaum borjuais Perancis. Di tahun
1815, tatkala monarki Perancis akhirnya tersusun kembali, perubahan-perubahan
ini ditopang dan dilindungi begitu baiknya sehingga kemungkinan bisa kembalinya
pola-pola sosial orde lama suatu hal yang sepenuhnya mustahil. Tetapi,
perubahan terpenting sebetulnya terjadi dan tersusun sebelum Napoleon. Pada
tahun 1799 ketika Napoleon memegang kendali pemerintahan mungkin setiap jalan
ke arah kembalinya ke masa status quo sudah terlambat. Tetapi, lepas dari
ambisi Napoleon sendiri yang keraja-rajaan, dia memang pegang peranan penting
menyebarnya ide revolusi ke seluruh Eropa.
Napoleon juga membawa akibat timbulnya pengaruh-pengaruh luas dan besar dalam
revolusi Amerika Latin. Penyerbuannya ke Spanyol melemahkan pemerintahan
Spanyol sehingga cengkraman kolonialnya di daerah-daerah jajahannya juga dengan
sendirinya melonggar dan tidak efektif. Dalam situasi de facto otonomi inilah
gerakan-gerakan kemerdekaan Amerika Latin mulai meletus. Napoleon di
pertempuran Waterloo.
Dari semua langkah perbuatan Napoleon, yang paling penting dan paling punya
pengaruh berjangka panjang justru yang berada di luar rencananya dan tidak ada
sangkut pautnya dengan rencana Napoleon sendiri.
Di tahun 1803, Napoleon menjual daerah luas kepada Amerika Serikat. Dia tahu,
milik Perancis di Amerika Utara sulit dilindungi menghadapi serangan-serangan
Inggris. Selain itu, dia juga perlu duit, penjualan tanah Louisiana itu mungkin
merupakan jual-beli tanah secara damai yang terbesar dalam sejarah sekaligus
mengubah Amerika Serikat menjadi suatu negara yang berukuran benua. Sukar
dibayangkan apa bentuknya Amerika Serikat tanpa Louisiana ini. Pasti akan
merupakan negeri yang samasekali berbeda dengan apa yang kita kenal sekarang.
Dan pula layak diragukan Amerika Serikat bisa menjadi negeri kuat tanpa
jual-beli Louisiana ini.
Napoleon, tentu saja, bukanlah satu-satunya orang yang berperanan dan
bertanggung jawab atas penjualan ini. Pemerintah Amerika jelas pegang peranan
pula. Tetapi, penawaran Perancis menjual Louisiana diputuskan dalam perundingan
oleh satu orang. Dan orang itu Napoleon Bonaparte.