Sabtu, 28 Desember 2013
Pengertian Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah
rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan
ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis,
jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah
penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju.
Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis pemula,
agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya.
B. Manfaat
Kerangka Karangan
Adapun manfaat
kerangka karangan secara umum adalah untuk menyusun karangan secara teratur.
Selain itu ada beberapa manfaat kerangka karangan, antara lain :
a. Mempermudah
pembahasan tulisan.
b. Menghindari
isi tulisan keluar dari tujuan awal.
c. Menghindari
penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
d. Memudahkan
penulis mencari materi tambahan.
e. Menjamin
penulis bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
f. Memudahkan
penulis mencapai klimaks yang berbeda-beda.
Dengan adanya
kerangka karangan, penulis bisa langsung menyusun tulisannya sesuai butir-butir
bahasan yang ada dalam kerangka karangannya. Kerangka karangan merupakan
miniatur dari sebuah karangan. Dalam bentuk ini, karangan tersebut dapat
diteliti, dianalisi, dan dipertimbangkan secara menyeluruh.
C. Syarat-syarat
Kerangka Karangan yang Baik
Adapun syarat-syarat kerangka karangan yang baik antara lain :
a. Pengungkapan
maksudnya harus jelas.
b. Tiap
unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan.
c. Pokok-pokok
dalam kerangka karangan harus disusun secara logis.
d. Harus
menggunakan pasangan simbol yang konsisten.
D.
Macam-macam Susunan Kerangka Karangan
Ada beberapa macam-macam susunan kerangka karangan , antara lain :
1. Alamiah
Suatu urutan
unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan nyata di alam. Oleh karena
itu, susunan alamiah dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu :
a) Berdasarkan
urutan ruang.
Topik yang
diuraikan berkaitan erat dengan ruang / tempat : dari kiri ke kanan, dari timur
ke barat, urutan geografis.
Contoh a :
Topik : Banjir.
Tujuan : Untuk
mengetahui lokasi banjir.
Tema : Beberapa
lokasi banjir di dunia.
I. BANJIR
YANG TERJADI DI LUAR INDONESIA
A. Banjir di Asia
1. Banjir di China.
2. Banjir di
Taiwan.
B. Banjir di
Eropa
1. Banjir di Belanda.
2. Banjir di Inggris.
II. BANJIR YANG
TERJADI DI INDONESIA.
A. Banjir di Pulau
Jawa
1. Banjir di DKI Jakarta.
2. Banjir di Pacitan.
B. Banjir di luar
Pulau Jawa
1.
Banjir di Papua Barat.
2.
Banjir di Padang.
b) Berdasarkan
urutan waktu.
Bahan-bahan ditulis
berdasar tahap kejadian. Setiap peristiwa hanya menjadi penting dalam
hubungannya dengan yang lain.
Contoh b :
Topik: masyarakat
Tujuan: untuk
mengetahui perkembangan masyarakat
Tema: Perkembangan
masyarakat dari zaman ke zaman.
I. MASYARAKAT
PEMBURU DAN PERAMU
A. Masyarakat Pemburu dan Peramu di Dunia
B. Masyarakat Pemburu dan Peramu di Indonesia
1. Di Irian
2. Di Kepulauan Mentawai
II.
MASYARAKAT PETANI DAN PETERNAK
A. Masyarakat Petani dan Peramu di Dunia
B. Masyarakat Petani dan Peternak di Indonesia
1. Masyarakat petani di Pulau Jawa
2. Masyarakat peternak di Nusa TenggaraTimur
III. MASYARAKAT
INDUSTRI
A. Masyarakat Industri Modern
B. Masyarakat Industri Canggih
c) Berdasarkan
urutan topic yang ada.
Bagian-bagian
diterangkan tanpa memasalahkan mana yang penting. Misal, laporan keuangan :
pemasukan dan pengeluaran, bagian-bagian dalam sebuah lembaga, dll.
Contoh c :
Topik: Hutan
Tujuan: Untuk
mengetahui pemanfaatan hutan
Tema: Pemanfaatan
hutan.
I. MANFAAT HUTAN
SECARA ALAMIAH
A. Mencegah Erosi
B. Mengurangi Polusi
1. Polusi Udara
2. Polusi Suara
C. Sebagai Hutan Lindung
II. MANFAAT HUTAN
SECARA EKONOMIS
A.
Hutan Tanaman Industri
B.
Hutan untuk Rekreasi
C.
Hutan untuk Penelitian
2. Logis
Merupakan unit-unit
karangan berurutan sesuai pendekatan logika / pola pikir manusia. Untuk susunan
logis, dibagi berdasarkan :
a) Klimaks-Anti
klimaks
Anggapan bahwa
posisi tertentu dari sebuah rangkaian merupakan posisi yang paling penting. Terdiri
dari dua :
1. Urutan
klimaks = yang penting di akhir.
2. Urutan
antiklimaks = yang penting di awal.
Model ini hanya
efektif untuk menguraikan sesuatu yang berhubungan dengan hirarki misalnya
urutan pemerintahan.
Contoh a:
Topik: Banjir
Tujuan: Untuk
mengetahui akibat banjir
Tema: Banjir dan
akibatnya
I. MUSIM PENGHUJAN
MULAI
II.PENGGUNDULAN
HUTAN
III. EROSI DI
MANA-MANA
IV. PENDANGKALAN
SUNGAI
V. MUSIBAH BANJIR
VI. PENDERITAAN
MASYARAKAT
b) Umum-Khusus
1. Umum
– khusus : Hal besar diperinci ke
hal- hal yang lebih kecil atau bagian-bagiannya. Misalnya uraian tentang
Indonesia, lalu suku-suku dan kebudayaannya.
2. Khusus
– Umum : Sebaliknya.
Contoh b :
Topik: Pendidikan
Tujuan: Untuk
mengetahui pendidikan di masyarakat
Tema: Pendidikan di
masyarakat
I.
PENDIDIKAN DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT SECARA UMUM
II.
PENDIDIKAN DALAM MASYARAKAT PERKOTAAN
III. PENDIDIKAN DI
MASYARAKAT PEDESAAN
IV. PENDIDIKAN PADA
GENERASI MUDA
c) Sebab-Akibat
1. Sebab ke
akibat : masalah utama sebagai sebab, diikuti
perincian akan akibat-akibat yang mungkin terjadi. Misal ; penulisan
sejarah, berbagai persoalan sosial : kerusakan hutan, perubahan
cuaca global.
2. Akibat ke
sebab : masalah tertentu sebagai akibat, diikuti
perincian sebab-sebab yang menimbulkannya. Misal : Krisis multidimensi di
Indonesia.
Contoh c :
Topik:
Premanisme di Jakarta
I. PERTUMBUHAN
EKONOMI YANG TERSENDAT
II. INDUSTRI TUTUP
KARENA BAHAN BAKAR LANGKA
III. LAPANGAN KERJA
MENCIUT
IV. MENCARI UANG
DENGAN CARA MUDAH
d) Proses
Dimulai
dari penyajian masalah sampai penulisan kesimpulan
umum atau solusi.
Contoh: Banjir di Jakarta,
penyebabnya dan alternatif penyelesaiannya.
Sistem Penomoran
pada Kerangka Karangan
Ada dua cara :
1. Sistem Campuran
Huruf dan Angka.
I . Angka
Romawi Besar untuk BAB
A. Huruf Romawi Besar untuk Sub Bab
1. Angka Arab besar
a. Huruf Romawi Kecil
i. Angka Romawi Kecil
(a) Huruf Romawi Kecil Berkurung
(1) Angka Arab Berkurung
Contoh 1 :
I.
Pendahuluan
II. Tingkat
Ekonomi dan Fertilitas di Indonesia
A. Bukti-Bukti dari Sensus 2000
B. Bukti-Bukti dari Survei Fertilitas-Mortalitas 1995
C. Studi Kasus di Lampung
1. Pengukuran Fertilitas
2. Penyebab Perbedaan fertilitas
a. Retaknya Perkawinan
b. Abstinensi Setelah Melahirkan
c. Perbedaan Fekunditas
III. Kesimpulan
2. Sistem Angka
Arab (dengan digit).
1.
1.1
1.1.1
1.1.1.1
2.
2.1
2.1.1
dst.
Contoh 2 :
1.
Pendahuluan
2. Tingkat
Ekonomi dan Fertilitas di Indonesia
2.1. Bukti-Bukti dari Sensus 2000
2.2. Bukti-Bukti dari Survei Fertilitas-Mortalitas 1995
2.3. Studi Kasus di Lampung
2.3.1. Pengukuran Fertilitas
2.3.2. Penyebab Perbedaan fertilitas
2.3.2.1. Retaknya Perkawinan
2.3.2.2. Abstinensi Setelah Melahirkan
2.3.2.3. Perbedaan Fekunditas
3. Kesimpulan
E. Langkah-Langkah
Menyusun Kerangka Karangan
Pada dasarnya,
untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk
kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan
karangan, berikut langkah-langkahnya, antara lain :
1. Menentukan
tema dan judul
Sebelum anda mau
melangkah, pertama kali dipikirkan adalah mau kemana kita berjalan? lalu bila
menulis, apa yang akan kita tulis? Tema adalah pokok persoalan, permasalahan,
atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. Sedangkan yang dimaksud
dengan judul adalah kepala karangan. Kalau tema cakupannya lebih besar dan
menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan
awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis. Tema sangat terpengaruh
terhadap wawasan penulis. Semakin banyak penulis membiasakan membaca buku,
semakin banyak aktifitas menulis akan memperlancar penulis memperoleh tema.
Namun, bagi pemula perlu memperhatikan beberapa hal penting agar tema yang
diangkat mudah dikembangkan. diantaranya :
a. Jangan
mengambil tema yang bahasannya terlalu luas.
b. Pilih
tema yang kita sukai dan kita yakini dapat kita kembangkan.
c. Pilih tema
yang sumber atau bahan-bahannya dapat dengan mudah kita peroleh.
Terkadang memang
dalam menentukan tema tidak selamanya selalu sesuai dengan syarat-syarat
diatas. Contohnya saat lomba mengarang, tema sudah disediakan sebelumnya dan
kita hanya bisa memakainya.Ketika tema sudah didapatkan, perlu diuraikan atau
membahas tema menjadi suatu bentuk karangan yang terarah dan sistematis. Salah
satu caranya dengan menentukan judul karangan. Judul yang baik adalah judul
yang dapat menyiratkan isi keseluruhan karangan kita.
2. Mengumpulkan
bahan
Setelah punya
tujuan, dan mau melangkah, lalu apa bekal anda? Sebelum melanjutkan menulis,
perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan.
Bagaimana ide, dan inovasi dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang menjadi
bahan ide tersebut muncul. Buat apa ide muluk-muluk kalau tidak diperlukan.
Perlu ada dasar bekal dalam melanjutkan penulisan. Untuk membiasakan,
kumpulkanlah kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang menarik penulis)
dalam berbagai bidang dengan rapi. Hal ini perlu dibiasakan calon penulis agar
ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat membuka kembali kliping yang
tersimpan sesuai bidangnya. Banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis
mempunyai cara sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
3. Menyeleksi
bahan
Setelah ada bekal,
dan mulai berjalan, tapi bekal mana yang akan dibawa? agar tidak terlalu bias
dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan.
Polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan
teliti dan sistematis. berikut ini petunjuk-petunjuknya :
a. Catat hal
penting semampunya.
b. Jadikan
membaca sebagai kebutuhan.
c. Banyak
diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
4. Membuat
kerangka
Ada 2 macam
karangan yaitu karangan yang bersifat fiksi dan karangan yang bersifat
nonfiksi. Fiksi lebih kearah khayalan sedangkan nonfiksi lebih ke arah kejadian
nyata (benar-benar terjadi). Penulisan karya tulis merupakan salah satu contoh
karangan nonfiksi karena kejadiannya yang benar-benar dialami, atau dikerjakan.
Sedangkan karangan fiksi contoh nyatanya adalah cerita pendek yang terkadang
berupa cerita yang tidak mungkin terjadi. Bekal ada, terpilih lagi, terus
melangkah yang mana dulu? Perlu kita susun selangkah demi selangkah agar tujuan
awal kita dalam menulis tidak hilang atau melebar ditengah jalan. Kerangka
karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang
lebih fokus dan terukur. Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi,
atau uraian per bab. Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu
dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.
Tahapan dalam
menyusun kerangka karangan :
a. Mencatat
gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang
menjelaskan gagasan2 yang timbul).
b. Mengatur
urutan gagasan.
c. Memeriksa
kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab.
d. Membuat
kerangka yang terperinci dan lengkap
Merangka karangan
yang baik adalah kerangka yang urut dan logis. Bila terdapat ide yang
bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak
mengalir)
5. Mengembangkan
kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap materi yang hendak kita tulis. Jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan materi yang kita kumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan. Pengembangan karangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu pengembangannya harus sistematis, dan terarah. Alur pengembangan juga harus disusun secara teliti dan cermat. Semakin sistematis, logis dan relevan pada tema yang ditentukan, semakin berbobot pula tulisan yang dihasilkan.
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap materi yang hendak kita tulis. Jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan materi yang kita kumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan. Pengembangan karangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu pengembangannya harus sistematis, dan terarah. Alur pengembangan juga harus disusun secara teliti dan cermat. Semakin sistematis, logis dan relevan pada tema yang ditentukan, semakin berbobot pula tulisan yang dihasilkan.
Sumber :
Senin, 11 November 2013
kalimat efektif dan kalimat turunan
I. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan maksud penutur/penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang mampu menjembatani timbulnya pikiran yang sama antara penulis/penutur dan pembaca/pendengar. Kalimat efektif harus dapat mewakili pikiran penulis/pembicara secara pas dan jitu sehingga pendengar/ pembaca akan memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti yang dimaksud oleh penulis/pembicaranya.
II. Ciri-ciri Kalimat Efektif
- Kesatuan Gagasan
Yang dimaksud dengan kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Sebuah kalimat harus memiliki subyek, predikat, serta unsur-unsur lain (Objek/Keterangan) yang saling mendukung serta membentuk kesaruan tunggal. Dalam setiap kalimat hanya ada satu maksud penulis/pembicara, dan maksud itu harus dapat dikenali dan dipahami oleh pembicara/pendengar.
Contoh kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya:
- Pembangunan gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberikan kredit. (terdapat subjek ganda dalam satu kalimat)
Contoh kalimat yang jelas kesatuan gagasannya:
- Pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk membangun gedung sekolah baru.
- Kesejajaran/Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama jenis katanya, pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat. Umpamanya dalam sebuah perincian, jika unsur pertama berbentuk verba, unsur kedua dan seterusnya juga harus verba. Jika unsur pertama nomina, unsur berikutnya juga harus nomina. Dengan kata lain, sebuah kalimat harus memiliki kesamaan bentukan/ imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di–, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di– pula.
Contoh kesejajaran atau paralelisme yang salah:
- Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha?
- Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Contoh kesejajaran atau paralelisme yang benar:
- Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha?
- Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan.
- Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan ialah adanya upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu. Hemat disini, tidak berarti tidak memakai kata-kata mubazir; tidak mengulang subjek; tidak menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata, kalimat akan menjadi padat berisi dan tidak akan merubah maksud kalimat.
Contoh kalimat yang tidak hemat kata:
- Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar sepanjang hari dari pagi sampai sore.
Contoh kalimat yang hemat kata:
- Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.
a. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah terdapatnya arti kalimat yang logis/ masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sama sistematis (teratur dalam perhitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata, atau frasanya, dapat menjadi salah jika maknanya lemah dari segi logika berbahasa. Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa berikut ini.
- Kepada Bapak Subhan, waktu dan tempat kami persilakan. (waktu dan tempat tidak perlu dipersilakan) –salah
- Kepada Bapak Subhan, kami persilakan. –benar
b. Kepaduan (Koherensi)
Yang dimaksud dengan koerensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk pembentuk kalimat adalah frasa, klausa, tanda baca, dan fungsi sintaksis (S-P-O-Pel-Ket).
Contoh kalimat yang tidak koheren:
- Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak mempunyai subjek/subjeknya tidak jelas)
Contoh kalimat yang unsurnya koheren:
- Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi.
c. Ketepatan
Yang dimaksud dengan ketepatan adalah kesesuaian atau kecocokan pemakaian unsur-unsur yang membentuk kalimat sehingga tercipta pengertian yang bulat dan pasti. Di antara semua unsur yang berperan dalam pembentukan kalimat, harus diakui bahwa kata memegang peranan terpenting. Tanpa kata, kalimat tidak akan ada. Akan tetapi, adakalanya kita harus memilih dengan akurat satu kata, satu frasa, satu idiom, satu tanda baca dari sekian pilihan demi terciptanya makna yang paling tepat. Perhatikan contoh di berikut ini.
Contoh kalimat yang tidak memperhatikan faktor ketepatan:
- Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi hingga petang. (salah dalam pemakaian kata hingga)
Contoh kalimat yang memperhatikan faktor ketepatan:
- Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sampai petang.
III. Kesalahan Kalimat
Karangan ilmiah, laporan kerja, surat lamaran atau jenis komunikasi lain, seluruhnya harus menggunakan kalimat yang baik dan benar. Baik memungkinkan karangan itu dapat diterima oleh siapapun dan benar artinya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kesalahan kalimat dapat berakibat fatal, salah pengertian, salah tindakan, dan sebagainya.
Kesalahan Stuktur
a. Kalimat aktif tanpa subjek
Menurut ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi Indonesia segera bangkit jika hukum ditegakkan. (salah)
Ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi Indonesia segera bangkit jika hukum ditegakkan. (benar)
- Menempatkan kata depan di depan subjek, dengan kata depan ini subjek berubah fungsi menjadi keterangan
- Di Jakarta memiliki pusat perdangangan terbesar di Asean. (salah)
- Jakarta memiliki pusat perdangangan terbesar di Asean. (benar)
- Di Jakarta tedapat pusat perdangangan terbesar di Asean. (benar)
b. Menempatkan kata yang di depan predikat, sehingga berubah fungsi menjadi perluasan objek
- Petani yang bekerja di sawah. (salah)
- Petani bekerja di sawah. (benar)
c. Menempatkan kata depan di depan objek. Dalam kata kerja transitif langsung diikuti objek dan tidak disisipi kata depan
- Mereka mendiskusikan tentang keselamatan kerja. (Salah)
- Mereka mendiskusikan keselamatan kerja. (benar)
d. Menempatkan kata penghubung intrakalimat tunggal pada awal kalimat
- Ia pandai. Sehingga selalu mendapt beasiswa. (salah)
- Ia pandai sehingga selalu mendapat beasiswa. (benar)
e. Penggabungan anak kalimat
- Meskipun sudah kaya raya, tetapi ia tetap bekerja keras. (salah)
- Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja keras. (benar)
- Tidak…tetapi, tidak hanya…tetapi juga, bukan hanya…melainkan juga.
f. Salah urutan
- Ia menulis laporan, mengamati data, dan menyerahkan laporan itu. (salah)
- Ia mengamati data, menulis laporan, dan menyerahkan laporan itu. (benar)
IV. Jenis Kalimat Menurut Jumlah Klausanya
Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas dua macam, yaitu kalimat tunggal, kalimat majemuk atau kalimat turunan.
- Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa. Karena klausanya yang tunggal maka dinamai kalimat tunggal. Hal itu juga berarti hanya ada satu P(predikat) di dalam kalimat tunggal. Seperti telah dijelaskan, unsur S dan P adalah penanda klausa. S dan p selalu wajib dalam setiap kalimat.
Adapun O, Pel, dan Ket sifatnya tidak wajib hadir di dalam kalimat, termasuk dalam kalimat tunggal. Kehadiran O, Pel, Ket bergantung pada P. Jika P masih perlu dilengkapi, barulah unsur yang melengkapi itu dihadirkan.
Contoh :
- Kami mahasiswa Indonesia.
- Jawaban anak pintar itu sangat tepat.
- Mobil orang kaya itu ada delapan.
Kalimat tunggal dapt dilengkapi atau diperluas dengan menambah satu unsur O, Pel, dan Ket. Jadi kalimat tunggal tidak harus berupa kalimat pendek.
- Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dua atau lebih kalimat tunggal. Hal itu berarti dalam kalimat majemuk terdapat lebih dari satu klausa.
Perhatikan contoh diberikut ini.
v Seorang manajer harus mempunyai wawasan yang luas dan
S P1 O1
harus menjunjung tinggi etika profesi .
P2 O2
v Anak-anak bermain layang-layang di halaman kampus ketika
S1 P1 O1 Ket
para dosen, karyawan, dan mahasiswa menikmati hari libur .
S2 P2 O2
Contoh yang pertama disebut kalimat majemuk setara karena mempunyai dua klausa yang setara/sejajar. Penanda yang memisahkan klausa dalam kalimat majemuk setara antara lain konjungsi dan. Contoh yang kedua disebut kalimat majemuk bertingkat karena klausa yang kedua merupakan perluasan dari klausa pertama. Penanda yang memisahkannya adalah konjungtor ketika.
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara mempunyai ciri :
- Dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal
- Kedudukan tiap kalimat sederajat
Penghubung Klausa dalam Kalimat Majemuk Setara
Jenis Hubungan
|
Fungsi
|
Kata Penghubung
|
penjumlahan | menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, dan proses | dan, serta, baik, maupun |
pertentangan | menyatakan bahwa hal yang dinyatakan dalam klausa pertama bertentangan dengan klausa kedua | tetapi, sedangkan, bukannya, melainkan |
Pemilihan | menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan | Atau |
Perurutan | menyatakan kejadian yang berurutan | lalu, kemudian |
Contoh kalimat majemuk setara :
- Erni mengonsep surat itu dan Rini mengetiknya.
- Muridnya kaya, tetapi ia sendiri miskin.
- Engkau tinggal disini, atau ikut dengan saya.
- Ia memarkir mobilnya di lantai 3, lalu naik lift ke lantai 7.
Kalimat Majemuk Bertingkat
Konstruksi kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan kalimat majemuk setara. Perbedaannya terletak pada derajat klausa pembentuknya yang tidak setara karena klausa kedua merupakan perluasan dari klausa pertama. Karena itu, konjungtur kalimat majemuk bertingkat juga berbeda dengan konjungtur kalimat majemuk setara.
Penghubung Klausa dalam Kalimat Majemuk Bertingkat
Jenis
Hubungan
|
Kata Penghubung
|
a. waktu | sejak, sedari, sewaktu, sementara, seraya, setelah, sambil, sehabis, sebelum, ketika, tatkala, hingga, sampai |
b. syarat | jika(lau), seandainya, andaikata, andaikan, asalkan, kalau, apabila, bilamana, manakala |
c. tujuan | agar, supaya, untuk, biar |
d. konsesif | walau(pun), meski(pun), sekali(pun), biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun) |
e. pembandingan | seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada, alih-alih, ibarat |
f. sebab/alasan | sebab, karena |
g. akibat/hasil | sehingga, sampai-sampai, maka |
h. cara/alat | dengan, tanpa |
i. kemiripan | seolah-olah, seakan-akan |
j. kenyataan | Padahal, nyatanya |
k. penjelasan/ kelengkapan | bahwa |
Contoh kalimat majemuk bertingkat:
- Dia datang ketika kami sedang rapat.
- Lalu lintas akan teratur andaikata pemakai jalan berdisiplin tinggi.
- Anda harus bekerja keras agar berhasil.
- Semangat belajarnya tetap tinggi walaupun usianya sudah lanjut.
- Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku.
Langganan:
Postingan (Atom)